DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Nama
Kelompok 4:
1. Adelia Tri Yuliandita (16142010002)
2. Ahmad Jamaluddin (16142010004)
3. Imam Bukhori H. (16142010017)
4. Rizka Nur Syafina (16142010033)
5. Ummu Kulsum (16142010041)
PROGRAM
STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGU ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas MAKALAH DIAGNOSIS KEPERAWATAN .
Laporan
ini untuk memenuhi tugas kami serta bertujuan untuk membantu kami dalam
memahami materi juga dalam rangka memperluas wawasan dan intelektualitas kami
serta pembacanya. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, petunjuk, saran, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Moh.Lutfi S.Kep,.Ns selaku PJMK KDK 2 yang telah memberikan
kepercayaan pada penulis untuk menyusun makalah ini.
2. Rahmad Septian Reza, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku fasilator yang telah
memberikan saran pada penulis dalam menyusun makalah ini.
3. Keluarga yang telah memberikan bantuan, saran, serta dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
4. Rekan-rekan yang selalu memberikan suport dan masukan selama
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”. Untuk
itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari kesempurnaan penulis di masa depan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi tambahan ilmu dan pedoman untuk
melakukan penelitian yang lebih luas.
Bangkalan, 25
Februari 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..............................................................................................................01
1.2 Rumusan
masalah.........................................................................................................01
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................02
1.4 Manfaat.........................................................................................................................02
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi komponen diagnosa
keperawatan...................................................................03
2.2
Langkah-langkah penentuan diagnosa
keperawatan....................................................06
2.3
Klasifikasi diagnosa keperawatan
...............................................................................09
2.4
Interpretasi dan falidasi data
.......................................................................................10
2.5
Perumusan diagnosa keperawatan
..............................................................................11
2.6
Sumber kesalahan dalam
mendiagnosa.......................................................................13
BAB III PEMBAHASAN
3.1
Kasus
Diagnosa Keperawatan......................................................................................17
3.2
Diagnosa
keperawatan dalam kasus tersebut...............................................................17
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai suatu aspek
yang terpenting dalam proses keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan ini
sangatlah vital untuk dilakukan. Pernahkan kita mendengar beberapa diagnosa
keperawatan pada pasien.
Diagnosis Keperawatan merupakan
keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976
& NANDA).
Diagnosis keperawatan
ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari
pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata
(aktual) dan kemungkinan akan terjadi,
dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Proses keperawatan
telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima
tindakan keperawatan. Kebanyakan sekolah-sekolah keperawatan sekarang
memasukkan proses keperawatan sebagai sautu
komponen dari konsep kerja konsepatual mereka.
National Council of
State Broads of Nursing menggunakan proses keperawatan sebagai dasar untuk
Registered Nurse State Board Test Pool Examination (NCSBN). Pertanyaan
–pertanyaan yang berhubungan dengan
tindakan keperawatan dalam
menangani kedaan pasien yang bervariasi disajikan sesuai
dengan lima langkah dari proses keperawatan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi
komponen diagnosa keperawatan ?
2.
Bagaimana
langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan ?
3.
Bagaimana
klasifikasi diagnosa keperawatan ?
4.
Apa
interpretasi dan falidasi data ?
5.
Bagaimana
perumusan diagnosa keperawatan ?
6.
Apa sumber
kesalahan dalam mendiagnosa ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1.3.2
Tujuan Khusus
·
Untuk
mengetahui komponen diagnosa keperawatan .
·
Untuk
mengetahui langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan.
·
Untuk
mengetahui klasifikasi diagnosa keperawatan.
·
Untuk
mengetahui tentang interpretasi dan falidasi data.
·
Untuk
mengetahui perumusan diagnosa keperawatan.
·
Untuk
mengetahui sumber kesalahan dalam mendiagnosa.
1.4
Manfaat
Kita dapat memahami secara keseluruhan tentang
diagnosa keperawatan. cara menentukan diagnosa keparawatan serta kesalahan
dalam mendiagnosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Komponen Diagnosa Keperawatan
a. Pengertian
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu,keluarga, komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada
klien sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah-masalah
mengacu kepada proses respons klien terhdap kondisi sehat-sakit, sedangkan
proses kehidupan mengacu pada respons klien terhadap kondisi yang terjadi
selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal
dan meninggal yang mebutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau
diubah dengan intervensi kepeawatan (Christensen & Kenney, 2009; McFarland
& McFarlane, 1997; seaback, 2006).
b. Komponen
Diagnosa Keperawatan
Rumus penulisan diagnosis keperawatan yang mencakup problem, etiologi,
sign/symptom ditetapkan sebagai berikut. Diagnosis keperawatan:
Masalah
(problem) + Penyebab (etiologi) + Gejala (sign/symptom)
|
Pada kenyataannya, dalam praktik keperawatan lebih sering
menggunakan masalah dan penyebabnya saja karena tanda dan gejala sudah
menggambarkan dalam dokumentasi pengkajian data. Diagnosis keperawatan
menggambarkan respon klien, contohnya kecemasan, hipertermi, dan gangguan
komunikasi. Berikut ini penjelasan dari contoh-contoh tersebut yang diambil
dari NANDA.
1)
Kecemasan (ansiety)
Suatu keadaan dimana indifidu mengalami perasaan gelisah (cemas)
dan aktivitas pada system saraf otonom menunjukkan respons yang tidak jelas dan
ancaman yang nonspesifik.
2)
Hipertermi:
Suatu keadaan dimana individu berisiko atau mengalami peningkatan
suhu tubuh mencapai 37,8̊C per oral atau 38,8̊C per rectal karena adanya factor
eksternal.
3)
Gangguan komunikasi verbal:
Suatu keadaan dimana individu berisiko atau mengalami penurunan
kemampuan untuk menerima dan memberi pesan (seperti kesukaran dalam mengekspresikan
pikiran, ide, atau keinginan).
Pernyataan masalah selalu didahului oleh kata yang menguraikan
taraf atau tingkat masalah. Jika tidak kata “risiko dan potensial” yang
mendahului pernyataan masalah, maka pernyataan tersebut menggambarkan masalah
yang actual. Diagnose keperawatan actual
dikaitkan dengan masalah-masalah yang memerlukan asuhan keperawatan yang
memerlukan asuhan keperawtan untuk memecahkan atau meringankan status kesehatan klien. Diagnosis ini di dahului
oleh beberapa modifier yang mengikuti, yaitu:
Akut
|
Disfungsi
|
Perubahan
|
Kelebihan
|
Kronis
|
Peningkatan
|
Kompromi
|
Ketidakefektifan
|
Penurunan
|
Kerusakan
|
Kekurangan
|
Kurang dari
|
Kecacatan
|
Rendah
|
Gangguan
|
Lebih dari
|
Contoh pernyataan diagnosis keperawatan actual:
·
Gangguan pengelolaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan tidak
adekuatnya support system
·
Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kekurangan
penghasilan
·
Ketidakefektifan pengaturan suhu/panas berhubungan dengan immaturity.
Diagnosis keperawatan risiko berhubungan dengan masalah dan
memerlukan asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya masalah actual atau
penurunan status kesehatan klien. Diagnosis keperawatan potensial berhubungan
dengan masalah yang memerlukan data tambahan pengawasan dan pengamatan untuk
membuktikan pengembangan masalah. Hubungan penyebab (etiologi) masalah untuk
pernyataan masalah.
Penyebab masalah adalah pernyataan tentang factor-faktor yang
berpengaruh atau memperbesar masalah. Ini adalah penjelasan “mengapa” atau
alasan adanya masalah. Karenanya asuhan keperawatan langsung terhadap
pencegahan terhadap factor penyebab
gangguan status kesehatan klien. Dalam beberapa hal, penyebab akan
melewati jangkauan asuhan keperawatan (seperti”risiko infeksi berhubungan
dengan ketidakmampuan klien untuk mencegah proses infeksi’). Perawat lebih
memfokuskan intervensi untuk menghilangkan atau pencegahan masalah dan
penyebabnya. Dalam contoh ini asuhan keperawatan tidak dapat ditangani suatu
kompromi system umum, kemudian asuhan keperawatan langsung pada masalah
pencegahan infeksi.
Contoh penulisan diagnosis keperawatan dengan masalah dan etiologi:
a.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan intubasi dan sedasi.
1.
Sifat: gangguan
2.
Masalah: komunikasi verbal
3.
Kata penghubung: berhubungan dengan
4.
Factor penyebab: intubasi dan sedasi
b.
Potensial terjadinya hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1.
Sifat: potensial
2.
Masalah: hipertermi
3.
Kata penghubung: berhubung dengan
4.
Factor penyebab: dehidrasi
c.
Kecemasan yang mendadak berhubungan dengan ketidaktahuan klien
mengenai penyebab penyakit.
1.
Sifat: mendadak (akut)
2.
Masalah: kecemasan
3.
Kata penghubung: berhubung dengan
4.
Factor penyebab: ketidaktahuan
Pada contoh diatas, dua situasi yang sering terjadi adalah pada
contoh no 1 dan 3. Pada contoh no 1 menyebutkan factor penyebabnya lebih dari
satu. Factor penyebab ditulis singkat sehingga cukup mudah dan lengkap untuk
diketahui oleh perawat lain. Contoh no 3 diagnosis keperawatan ditulis tanpa
penyebab dengan menyebutkan ketidaktahuan sebagai penyebabnya. Oleh karena itu
perawat akan terus-menerus melakukan observasi untuk mengidentifikasi
penyebabnya.
Di dalam pendokumentasian diagnosis keperawatan biasanya hanya
ditulis masalah dan penyebab. System pendokumentasian membolehkan tanda dan
gejala untuk mendokumentasikan pada bagian catatan keperawatan. Perawat harus
menunjuk hubungan antara pengkajian data dengan diagnosis keperawatan. Contoh
dibawah ini memperlihatkan tanda dan gejala yang didokumentasikan pada catatan
perawat dalam bentuk data subjektif dan objektif. Karena itu abalisis menunjuk
pada diagnosis keperawatan.
Hanya masalah kesehatan actual dan risiko yang didokumentasikan
pada catatan keperawatan atau catatan perkembangan diagnosis yang memerlukan
asuhan keperawtan spesifik. Masalah potensial boleh didokumentasikan pada
rencana intervensi jika perawat ingin mendelegasikan pada staf lain untuk
mengobservasi tanda-tanda dan gejala-gejala tambahan.
2.2 Langkah-langkah
penentuan diagnosa keperawatan.
a. Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan
tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun
berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi
kesehatan (Gordon, 1982);
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
·
Pertukaran
·
Komunikasi
·
Berhubungan
·
Nilai-nilai
·
Pilihan
·
Bergerak
·
Penafsiran
·
Pengetahuan
·
Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
Nutrisi : pola metabolisme
Pola eliminasi
Aktivitas : pola latihan
Tidur : pola istirahat
Kognitif : pola perseptual
Persepsi diri : pola konsep diri
Peran : pola hubungan
Seksualitas : pola reproduktif
Koping : pola toleransi stress
Nilai : pola keyakinan
Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
Nutrisi : pola metabolisme
Pola eliminasi
Aktivitas : pola latihan
Tidur : pola istirahat
Kognitif : pola perseptual
Persepsi diri : pola konsep diri
Peran : pola hubungan
Seksualitas : pola reproduktif
Koping : pola toleransi stress
Nilai : pola keyakinan
b. Interpretasi /identifiikasi kelebihan dan
masalah klien
Masalah klien
merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan
atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat
dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya.
Identifikasi
masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan
mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan
besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
1.
Menentukan kelebihan
klien
Apabila klien memenuhi
standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki
kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
2.
Menentukan masalah
klien
Jika klien tidak
memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam
aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3.
Menentukan masalah yang
pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting
untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda
infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan
adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi.
Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan
infeksi.
4.
Penentuan keputusan
Tidak ada
masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada
indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta
danya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah
yang diduga.
·
Masalah
kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk
memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
·
Masalah aktual,
resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan
pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk
mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
·
Masalah
kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang ompeten
dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari
patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas
perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan
tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
c. Memvalidasi diagnosa keperawatan
Adalah menghubungkan
dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada
kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja
sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan
data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat
memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga
dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang
kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus
dilakukan validasi.
d. Menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan
prioritasnya
Setelah perawat
mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan,
maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis
keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom,
kemungkinan dan wellness.
Menyusun diagnosa keperawatan hendaknya
diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk
kasus kegawat daruratan menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam
jiwa”).
Berdasarkan Hirarki
Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga
diri dan aktualisasi diri.
Griffith-Kenney
Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang
tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatanmenjadi
titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan
evaluasi.
2.3 Klasifikasi Diagnosa Keperawatan
International
Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu sistem
klasifikasi yang disebut dengan International
Nurses Council International Classification for Nursing Practice (ICNP).
Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan,
tetapi juga mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan.
Sistem klasifikasi ini disusun untuk
mengharmonisasikan terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan di
berbagai negara diantaranya seperti Clinical
Care Classification (CCC), North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA), Home Health Care Classification (HHCC), Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), International Calssification of Functioning,
Disability and Health (ICF), Nursing
Diagnostic System of The Centre for Nursing Development and Research (ZEFP)
dan Omaha System (Hardiker et al, 2011; Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen, 1998).
2.4 Interpretasi dan Validasi Data
a.
Interpretasi data
Menentukan aspek positif klien. Jika klien
memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien
memiliki aspek positif dalam hal tertentu dan aspek positif tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
Menentukan masalah klien. Jika klien
tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan
dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
Menentukan masalah klien yang pernah dialami
(potensial). Pada masalah
ini penting untuk menentukan masalah potensial yang mungkin akan dialami klien.
Misalnya, klien mempunyai tanda-tanda infeksi pada lukanya dan hasil tes
laboratorium menunjukkan tidak ada kelainan tetapi sesuai teori klien akan
mengalami infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien
tidak mampu untuk melawan infeksi tersebut.
Menentukan keputusan. Penentuan keputusan didasarkan pada jenis
masalah yang di temukan.
Tidak ditemukan
masalah kesehatan tetapi perlu dilakukan peningkatan status dan fungsi
kesehatan (kesejahteraan).
·
Tidak ada indikasi repons keperawatan.
·
Meningktakan status kesehatan dan kebiasaan.
·
Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan yang optimal.
Masalah yang
mungkin muncul (potensial).
·
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul.
Masalah aktual
atau risiko.
·
Tidak mampu merawat karena klien menolak
masalah dan pengobatan.
·
Mulai menyusun perencanaan, implementasi, dan
evaluasi untuk mencegah dan menurunkan menyelesaikan masalah.
Masalah
kolaboratif.
·
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
professional yang kompeten dan berkolaborasi untuk penyelesaian masalah
tersebut.
Masalah
kolaboratif adalah komplikasi fisiologi yang diakibatkan dari patofisiologi,
berhubungan dengan pengobatan, dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah
mengawasi status kesehatan klien dan berkolaborasi dengan tenaga medis untuk
memberikan pengobatan yang tepat (Capernito, 2000).
b.
Validasi Data
Pada tahap ini
perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan bersama
klien, keluarga, dan/atau masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tetang kejelasan
interpretasi data (Iyer,Taptich,dan Bernocchi-Losey, 1996).
Pada saat
diagnosis keperawatan akan disusun, maka harus dilakukan validasi data terlebih
dahulu. Menurut Price, ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu untuk
mengindikasikan respons klien yang akan menentukan diagnosa keperawatan, yaitu
:
1.
Apakah data dasar tersebut mencukupi, akurat,
dan berasal dari beberapa konsep keperawatan ?
2.
Apakah data secara signifikan menunjukkan
gangguan atau masalah ?
3.
Apakah data subjektif dan data objektif yang
mendukung terjadinya gangguan atau masalah pada klien ?
4.
Apakah diagnosis, keperawatan yang akan
ditegakkan sudah berdasarkan pemahaman ilmu keperawatan dan keahlian klinik ?
5.
Apakah diagnosis keperawatan yang akan
ditegakkan dapat dicegah, dikurangi, dan diselesaikan dengan melakukan asuhan
keperawatan yang independen ?
Perlu
diperhatikan bahwa klien yang berpartisipasi dalam keputusan klinik harus
diikutsertakan untuk memvalidasi diagnosis keperawatan. misalnya “Menurut saya
mandi merupakan masalah bagi saya, karena saya takut terjatuh dilantai.
2.5 Perumusan
Diagnosa Keperawatan
Setelah
perawat menegelompokkan, mengidentifikasi, dan memfalidasi data-data yang
signifikan, maka tugas perawat selanjutnya adalah menegakkan diagnosis
keperawatan.
Diagnosis
keperawatan menurut caipe (2000) dapat dibedakan menjadi 5 kategori :
1.
Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai
dengan data-data klinis yang diperoleh. Syarat diagnosis keperawatan aktual yang
ditegaskan harus mempunyai unsure PES.
Symptom (S) harus memenuhi criteria mayor (80-100%) dan sebagian
criteria minor dari pedoman diagnose NANDA.
Misalnya diperoleh data: muntah, diare, dan turgor kulit buruk
selama tiga hari. Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah kekuranga
volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal
(Tailor, Lilis dan Lemone, 1988, hlm. 283).
Jika masalah semakin memburuk dan mengganggu kesehatan perineal,
klien tersebut mempunyai risiko untuk mengalami resiko kerusakan kulit sehingga
dapat ditegakkan diagnosis resikonya.
2.
Resiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi keperawatan. (keliat, 1990)
Syarat: diagnosis keperawatan risiko yang ditegakkan harus
mempunyai unsure problem dan etiologi (PE). Penggunaan istilah (risikodan
risiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan / kerentanan masalah. Contoh
diagnosis keperawatan
risiko: resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare
yang terus-menerus. Jika perawat menduga adanya gangguan konsep diri
(self-concept) tetapi data (tanda dan gejala) yang diperoleh kurang mendukung
untuk menegakkan diagnosis potensialnya.
3.
Promosi
Oleh
karena diagnosis promosi kesehatan tidak memerlukan faktor yang berhubungan,
tidak ada “yang berhubungan dengan” dalam penulisan diagnosis ini. Sebaliknya
batasan karakteristik diberikan sebagai bukti keinginan pasien untuk
meningkatkan status kesehatannya saat ini.
Kesiapan meningkatkan perawatan diri yang dibuktikan oleh
pernyataan keinginan meningkatkan perawatan diri
2.6 Sumber
Kesalahan dalam Mendiagnosa
Setelah
diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa keperawatan
sesuai standar yang ada. Diagnosa keperawatan dapat dituliskan dau daftar
pernyataan (masalah dan penyebab) atau 3 daftar pernyataan (masalah – penyebeb
– tanda dan gejala).
1. Masalah
(problem)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat
mungkin.karena bagian ini mengidentifikasi hal yang tidak sehat dan hal yang
harus diubah mengenai status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman
terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Penggunaan standar diagnosis
keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang seknifikan, yaitu:
a) memudahkan
perawat berkomunikasi dengan perawat lainnya karena menggunakan istilah yang
sama dan dapat dimengerti secara umum.
b) Memfasilitasi
penggunaan computer dalam melakukan asuhan keperawatn karena perwat bisa
mengakses diagnosis keperawatan yang sudah di buat dan dimasukkan ke computer
dengan mudah.
c) Mengidentifikasi
perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis.
d) Semua
perawat bisa bekerja sama denga menguji dan mendefinisikan kategori diagnosis
dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam
meningkatkan asuhan keperawatan
2. Etiologi (penyebab)
Etiologi/ penyebab adalah faktor klinik dan
personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi
perkembangan masalah. Hal ini biasa disebut related to dari pernyataan diagnosa
keperawatan (Carpenito, 2000).
Etiologi mengidentifikasi fisiologi, psikologis,
spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan
masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko.
Karena etiologi mengidentifikasi factor yang
mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau
sasaran langsung dari intervensi keperawatan.
Jika terjadi kesalahan dalam menentukan
penyebab, maka asuhan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya,
klien dengan Diabetes Millitus masuk rumah sakit karena hiperglikemi dan
mempunyai riwayat yang buruk tentang pola makan dan pengobatan (insulin)
didiagnosis dengan “ketidaktaatan”.
Ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien danasuhan keperawatan yang diprioritaskan untuk
mengajarkan klien cara mengatasi Diabtes Millitus tidak berhasil. Maka penyebab
ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.Penulisan etiologi
pada diagnosis keperawatan meliputi unsure PSMM.
P = Patofisiologi penyakit
S = Situasional (keadaan lingkungan
perawatan)
M = medikasi (pengobatan yang diberikan)
M = Maturasi (tingakat kematangan/kedewasaan
klien)
|
Etiologi, factor penunjang, dan factor risiko,
meliputi:
Patofisiologi
penyakit, semua proses penyakit, akut atau kronis, dapat
menyebabkan atau mendukung terjadinya maslah kesehatan baru misalnya masalah
ketidakberdayaan(powerlessness). Penyebab umum yang biasanya terjadi:
·
Ketidakmampuan berkomunikasi (CVA dan intubasi)
·
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
(CVA, trauma servikal, nyeri, IMA).
·
Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya
(pembedahan, trauma, dan arthritis).
Situasional (keadaan lingkungan perawatan).
Penyebab dari factor personel dan lingkungan misalnya kurangnya pengetahuan,
isolagi social, kurangnya penjelasan,dari petugas kesehatan, kurangnya
partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi, ketidakmampuan biaya,
pelecehan seksual, pemindahan status social, dan perubahan kekuasaan personel. Medikasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien).
Tingkat kedewasaan
seseorang (tugas perkembangannya) dapat menjadi salah satu factor penunjang
dalam keberhasilan asuhan keperawatan. Tugas perkembangan yang dapat memengaruhi
penyebab masalah:
·
Remaja (adolescent):
memiliki ketergantungan pada kelompoknya, tanda-tanda pubertas, independen dari
keluarga.
·
Dewasa awal (young adult): mencari pasangan hidup (menikah), hamil dan menjadi
orang tua.
·
Dewasa (adult):
tekanan karier.
·
Dewasa tua (elderly):
rangsang sensorik dan motorik mulai berkurang, kehilangan uang dan kekuasaan
(post-power syndrome), dan lainnya.
3.
Definisi karakteristik
Definisi karakteristik adalah data subjektif
dan data objektif yang diperoleh sebagai komponen pendukung terhadap diagnosis
keperawatan baik actual maupun resiko. NANDA telah mengidentifikasi definisi
karakteristik untuk tiap diagnosis keperawatan yang dapat ditegaskan. Pemahaman
tentang pengelompokkan definisi karakteristik tersebut akan membantu perawat
dalam menentukan data-data yang signifikan dan menegakkan diagnosis keperawatan
yang akurat. Sebagai ilustrasi tiap komponen dari kategori diagnosis, kita
ambil contoh diagnosis keperawatan ketidakberdayaan.Ketidakberdayaan
(powerlessness) adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengontrol
dirinya sendiri pada kejadian ata situasi apapun.
Definisi karakteristiknya:
a)
Mayor (harus ada) : Klien menunjukkan ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuannya untuk mengontrol situasi (missal: sakit, prognosis,
perawatan, penyembuhan)
b)
Minor (mungkin ada/timbul) :Klien menolak atau ragu untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan, apatis, perilaku agresif, perilaku merusak, cemas
dan depresi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus Diagnosa
Keperawatan
Seorang
pasien bernama Nn Y datang ke sebuah rumah sakit dalam kondisi Nyeri kepala
akut berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral
ditandai dengan mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8,
wajah tampak menahan nyeri, Nn Y tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya
luka robek akibat trauma pada kepala
bagian atas, nadi : 90x/m.
3.2 Diagnosa
keperawatan dalam kasus tersebut
a.
Aktual
Problem + Etiologi + Syndrom
Nyeri kepala akut yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral yang dibuktikan dengan mengeluh nyeri
kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, Nn Y
tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala bagian atas, nadi : 90x/m.
b.
Resiko
Problem + Etiologi
Nyeri kepala akut yang
dibuktikan oleh peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral
c.
Promosi
Problem + Syndrom
Nyeri kepala akut yang
dibuktikan oleh mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8,
wajah tampak menahan nyeri, Nn Y tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya
luka robek akibat trauma pada kepala
bagian atas, nadi : 90x/m.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Sebagai
bukti ukuran pendokumentasian perawat, pernyataan diagnosis keperawatan yang
mengidentifikasi masalah dan penyebab (actual dan potensial) serta tanda dan
gejala sebagai indikasi diperlukan untuk memberika asuhan keperawatn, sebagai
contoh:
1.
Proses dan pendokumentasian diagnosis keperawatan dalam rencana
asuhan keperawatan dan catatan perkembangan.
2.
Pemakaian atau format PE untuk masalah potensial
3.
Pengkajian data (data mayor) untuk tiap diagnosis harus
didokumentasikan selain itu data minor dapat digunakan juga sebagai data
tambahan yang melengkapi
4.
Dokumentasi pengkajian yang diikuti dengan penegakkan diagnosis
keperawatan yang tepat
5.
Ulangi data salah satu informasi pengkajian perawatan, sebagai
perawat profesional dari kerja sama dengan staf pembuat diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.
2000. Nursing Diagnosis: Application to
Clinical Praktice. 8 ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Fiscbach, F.T. 1991.
Documenting Care. Philadelphia: F.A.
Darvis Company.
NANDA, M 1994. Nursing Diagnosis: Process and Application.
3 ed. New York: McGraw-Hill. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan. Jakarta.
iii