Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Desember 2017

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN








Nama Kelompok 4:

1.    Adelia Tri Yuliandita                (16142010002)
2.    Ahmad Jamaluddin                    (16142010004)
3.    Imam Bukhori H.                       (16142010017)
4.    Rizka Nur Syafina                     (16142010033)
5.    Ummu Kulsum                           (16142010041)




PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGU ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2017















KATA PENGANTAR
            Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas MAKALAH DIAGNOSIS KEPERAWATAN .
            Laporan ini untuk memenuhi tugas kami serta bertujuan untuk membantu kami dalam memahami materi juga dalam rangka memperluas wawasan dan intelektualitas kami serta pembacanya. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, petunjuk, saran, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Moh.Lutfi S.Kep,.Ns selaku PJMK KDK 2 yang telah memberikan kepercayaan pada penulis untuk menyusun makalah ini.
2.      Rahmad Septian Reza, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku fasilator yang telah memberikan saran pada penulis dalam menyusun makalah ini.
3.      Keluarga yang telah memberikan bantuan, saran, serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
4.      Rekan-rekan yang selalu memberikan suport dan masukan selama pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”. Untuk itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari kesempurnaan penulis di masa depan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi tambahan ilmu dan pedoman untuk melakukan penelitian yang lebih luas.




Bangkalan, 25 Februari 2016
                                                                                                          Penulis


i





















DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang ..............................................................................................................01
1.2  Rumusan masalah.........................................................................................................01
1.3  Tujuan ..........................................................................................................................02
1.4  Manfaat.........................................................................................................................02
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi komponen diagnosa keperawatan...................................................................03
2.2  Langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan....................................................06
2.3  Klasifikasi diagnosa keperawatan ...............................................................................09
2.4  Interpretasi dan falidasi data .......................................................................................10
2.5  Perumusan diagnosa keperawatan ..............................................................................11
2.6  Sumber kesalahan dalam mendiagnosa.......................................................................13
BAB III PEMBAHASAN
3.1  Kasus Diagnosa Keperawatan......................................................................................17
3.2  Diagnosa keperawatan dalam kasus tersebut...............................................................17
BAB IV PENUTUP 
4.1  Kesimpulan..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................iii








ii




















BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan ini sangatlah vital untuk dilakukan. Pernahkan kita mendengar beberapa diagnosa keperawatan pada pasien.
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan  memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang  nyata (aktual) dan  kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang  perawat.
Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan  keperawatan. Kebanyakan  sekolah-sekolah keperawatan sekarang memasukkan proses keperawatan sebagai sautu  komponen dari konsep kerja konsepatual mereka.
National Council of State Broads of Nursing menggunakan proses keperawatan sebagai dasar untuk Registered Nurse State Board Test Pool Examination (NCSBN). Pertanyaan –pertanyaan yang berhubungan dengan  tindakan  keperawatan  dalam  menangani  kedaan  pasien yang bervariasi disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi komponen diagnosa keperawatan ?
2.      Bagaimana langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan ?
3.      Bagaimana klasifikasi diagnosa keperawatan ?
4.      Apa interpretasi dan falidasi data ?
5.      Bagaimana perumusan diagnosa keperawatan ?
6.      Apa sumber kesalahan dalam mendiagnosa ?
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1.3.2        Tujuan Khusus
·         Untuk mengetahui komponen diagnosa keperawatan .
·         Untuk mengetahui langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan.
·         Untuk mengetahui klasifikasi diagnosa keperawatan.
·         Untuk mengetahui tentang interpretasi dan falidasi data.
·         Untuk mengetahui perumusan diagnosa keperawatan.
·         Untuk mengetahui sumber kesalahan dalam mendiagnosa.
1.4  Manfaat
Kita dapat memahami secara keseluruhan tentang diagnosa keperawatan. cara menentukan diagnosa keparawatan serta kesalahan dalam mendiagnosa



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Komponen Diagnosa Keperawatan
a.       Pengertian Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah-masalah mengacu kepada proses respons klien terhdap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu pada respons klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang mebutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi kepeawatan (Christensen & Kenney, 2009; McFarland & McFarlane, 1997; seaback, 2006).
b.      Komponen Diagnosa Keperawatan
Rumus penulisan diagnosis keperawatan yang mencakup problem, etiologi, sign/symptom ditetapkan sebagai berikut. Diagnosis keperawatan:

Masalah (problem) + Penyebab (etiologi) + Gejala (sign/symptom)


Pada kenyataannya, dalam praktik keperawatan lebih sering menggunakan masalah dan penyebabnya saja karena tanda dan gejala sudah menggambarkan dalam dokumentasi pengkajian data. Diagnosis keperawatan menggambarkan respon klien, contohnya kecemasan, hipertermi, dan gangguan komunikasi. Berikut ini penjelasan dari contoh-contoh tersebut yang diambil dari NANDA.
1)      Kecemasan (ansiety)
Suatu keadaan dimana indifidu mengalami perasaan gelisah (cemas) dan aktivitas pada system saraf otonom menunjukkan respons yang tidak jelas dan ancaman yang nonspesifik.
2)      Hipertermi:
Suatu keadaan dimana individu berisiko atau mengalami peningkatan suhu tubuh mencapai 37,8̊C per oral atau 38,8̊C per rectal karena adanya factor eksternal.
3)      Gangguan komunikasi verbal:
Suatu keadaan dimana individu berisiko atau mengalami penurunan kemampuan untuk menerima dan memberi pesan (seperti kesukaran dalam mengekspresikan pikiran, ide, atau keinginan).
Pernyataan masalah selalu didahului oleh kata yang menguraikan taraf atau tingkat masalah. Jika tidak kata “risiko dan potensial” yang mendahului pernyataan masalah, maka pernyataan tersebut menggambarkan masalah yang actual. Diagnose keperawatan actual  dikaitkan dengan masalah-masalah yang memerlukan asuhan keperawatan yang memerlukan asuhan keperawtan untuk memecahkan atau meringankan status  kesehatan klien. Diagnosis ini di dahului oleh beberapa modifier yang mengikuti, yaitu:

Akut
Disfungsi
Perubahan
Kelebihan
Kronis
Peningkatan
Kompromi
Ketidakefektifan
Penurunan
Kerusakan
Kekurangan
Kurang dari
Kecacatan
Rendah
Gangguan
Lebih dari

Contoh pernyataan diagnosis keperawatan actual:
·         Gangguan pengelolaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan tidak adekuatnya support system
·         Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kekurangan penghasilan
·         Ketidakefektifan pengaturan suhu/panas berhubungan dengan immaturity.
Diagnosis keperawatan risiko berhubungan dengan masalah dan memerlukan asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya masalah actual atau penurunan status kesehatan klien. Diagnosis keperawatan potensial berhubungan dengan masalah yang memerlukan data tambahan pengawasan dan pengamatan untuk membuktikan pengembangan masalah. Hubungan penyebab (etiologi) masalah untuk pernyataan masalah.
Penyebab masalah adalah pernyataan tentang factor-faktor yang berpengaruh atau memperbesar masalah. Ini adalah penjelasan “mengapa” atau alasan adanya masalah. Karenanya asuhan keperawatan langsung terhadap pencegahan terhadap factor penyebab  gangguan status kesehatan klien. Dalam beberapa hal, penyebab akan melewati jangkauan asuhan keperawatan (seperti”risiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan klien untuk mencegah proses infeksi’). Perawat lebih memfokuskan intervensi untuk menghilangkan atau pencegahan masalah dan penyebabnya. Dalam contoh ini asuhan keperawatan tidak dapat ditangani suatu kompromi system umum, kemudian asuhan keperawatan langsung pada masalah pencegahan infeksi.
Contoh penulisan diagnosis keperawatan dengan masalah dan etiologi:
a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan intubasi dan sedasi.
1.      Sifat: gangguan
2.      Masalah: komunikasi verbal
3.      Kata penghubung: berhubungan dengan
4.      Factor penyebab: intubasi dan sedasi
b.      Potensial terjadinya hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1.      Sifat: potensial
2.      Masalah: hipertermi
3.      Kata penghubung: berhubung dengan
4.      Factor penyebab: dehidrasi
c.       Kecemasan yang mendadak berhubungan dengan ketidaktahuan klien mengenai penyebab penyakit.
1.      Sifat: mendadak (akut)
2.      Masalah: kecemasan
3.      Kata penghubung: berhubung dengan
4.      Factor penyebab: ketidaktahuan

Pada contoh diatas, dua situasi yang sering terjadi adalah pada contoh no 1 dan 3. Pada contoh no 1 menyebutkan factor penyebabnya lebih dari satu. Factor penyebab ditulis singkat sehingga cukup mudah dan lengkap untuk diketahui oleh perawat lain. Contoh no 3 diagnosis keperawatan ditulis tanpa penyebab dengan menyebutkan ketidaktahuan sebagai penyebabnya. Oleh karena itu perawat akan terus-menerus melakukan observasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.
Di dalam pendokumentasian diagnosis keperawatan biasanya hanya ditulis masalah dan penyebab. System pendokumentasian membolehkan tanda dan gejala untuk mendokumentasikan pada bagian catatan keperawatan. Perawat harus menunjuk hubungan antara pengkajian data dengan diagnosis keperawatan. Contoh dibawah ini memperlihatkan tanda dan gejala yang didokumentasikan pada catatan perawat dalam bentuk data subjektif dan objektif. Karena itu abalisis menunjuk pada diagnosis keperawatan.
Hanya masalah kesehatan actual dan risiko yang didokumentasikan pada catatan keperawatan atau catatan perkembangan diagnosis yang memerlukan asuhan keperawtan spesifik. Masalah potensial boleh didokumentasikan pada rencana intervensi jika perawat ingin mendelegasikan pada staf lain untuk mengobservasi tanda-tanda dan gejala-gejala tambahan.

2.2  Langkah-langkah penentuan diagnosa keperawatan.
a.       Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
·         Pertukaran
·         Komunikasi
·         Berhubungan
·         Nilai-nilai
·         Pilihan
·         Bergerak
·         Penafsiran
·         Pengetahuan
·         Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
Nutrisi : pola metabolisme
Pola eliminasi
Aktivitas : pola latihan
Tidur : pola istirahat
Kognitif : pola perseptual
Persepsi diri : pola konsep diri
Peran : pola hubungan
Seksualitas : pola reproduktif
Koping : pola toleransi stress
Nilai : pola keyakinan
b.      Interpretasi /identifiikasi kelebihan dan masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya.
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
1.      Menentukan kelebihan klien
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
2.      Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3.      Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
4.      Penentuan keputusan
Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
·         Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
·         Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
·         Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
c.       Memvalidasi diagnosa keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
d.      Menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.
Menyusun diagnosa keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”).
Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.
Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatanmenjadi titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan evaluasi.

2.3  Klasifikasi Diagnosa Keperawatan
            International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International Nurses Council International Classification for Nursing Practice (ICNP). Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan, tetapi juga mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan.
            Sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan di berbagai negara diantaranya seperti Clinical Care Classification (CCC), North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), Home Health Care Classification (HHCC), Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), International Calssification of Functioning, Disability and Health (ICF), Nursing Diagnostic System of The Centre for Nursing Development and Research (ZEFP) dan Omaha System (Hardiker et al, 2011; Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen, 1998).


2.4  Interpretasi dan Validasi Data
a.       Interpretasi data
Menentukan aspek positif klien. Jika klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki aspek positif dalam hal tertentu dan aspek positif tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
Menentukan masalah klien. Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
Menentukan masalah klien yang pernah dialami (potensial). Pada masalah ini penting untuk menentukan masalah potensial yang mungkin akan dialami klien. Misalnya, klien mempunyai tanda-tanda infeksi pada lukanya dan hasil tes laboratorium menunjukkan tidak ada kelainan tetapi sesuai teori klien akan mengalami infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk melawan infeksi tersebut.
Menentukan keputusan. Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang di temukan.
Tidak ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu dilakukan peningkatan status dan fungsi kesehatan (kesejahteraan).
·         Tidak ada indikasi repons keperawatan.
·         Meningktakan status kesehatan dan kebiasaan.
·         Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan yang optimal.
Masalah yang mungkin muncul (potensial).
·         Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul.
Masalah aktual atau risiko.
·         Tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan.
·         Mulai menyusun perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk mencegah dan menurunkan menyelesaikan masalah.
Masalah kolaboratif.
·         Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan professional yang kompeten dan berkolaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.

Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologi yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan, dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah mengawasi status kesehatan klien dan berkolaborasi dengan tenaga medis untuk memberikan pengobatan yang tepat (Capernito, 2000).
b.      Validasi Data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan bersama klien, keluarga, dan/atau masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tetang kejelasan interpretasi data (Iyer,Taptich,dan Bernocchi-Losey, 1996).
Pada saat diagnosis keperawatan akan disusun, maka harus dilakukan validasi data terlebih dahulu. Menurut Price, ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu untuk mengindikasikan respons klien yang akan menentukan diagnosa keperawatan, yaitu :
1.      Apakah data dasar tersebut mencukupi, akurat, dan berasal dari beberapa konsep keperawatan ?
2.      Apakah data secara signifikan menunjukkan gangguan atau masalah ?
3.      Apakah data subjektif dan data objektif yang mendukung terjadinya gangguan atau masalah pada klien ?
4.      Apakah diagnosis, keperawatan yang akan ditegakkan sudah berdasarkan pemahaman ilmu keperawatan dan keahlian klinik ?
5.      Apakah diagnosis keperawatan yang akan ditegakkan dapat dicegah, dikurangi, dan diselesaikan dengan melakukan asuhan keperawatan yang independen ?

Perlu diperhatikan bahwa klien yang berpartisipasi dalam keputusan klinik harus diikutsertakan untuk memvalidasi diagnosis keperawatan. misalnya “Menurut saya mandi merupakan masalah bagi saya, karena saya takut terjatuh dilantai.

2.5  Perumusan Diagnosa Keperawatan
Setelah perawat menegelompokkan, mengidentifikasi, dan memfalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat selanjutnya adalah menegakkan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan menurut caipe (2000) dapat dibedakan menjadi 5 kategori :
1.      Aktual
Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus sesuai dengan data-data klinis yang diperoleh. Syarat diagnosis keperawatan aktual yang ditegaskan harus mempunyai unsure PES.
Symptom (S) harus memenuhi criteria mayor (80-100%) dan sebagian criteria minor dari pedoman diagnose NANDA.
Misalnya diperoleh data: muntah, diare, dan turgor kulit buruk selama tiga hari. Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah kekuranga volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (Tailor, Lilis dan Lemone, 1988, hlm. 283).
Jika masalah semakin memburuk dan mengganggu kesehatan perineal, klien tersebut mempunyai risiko untuk mengalami resiko kerusakan kulit sehingga dapat ditegakkan diagnosis resikonya.
2.      Resiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan. (keliat, 1990)
Syarat: diagnosis keperawatan risiko yang ditegakkan harus mempunyai unsure problem dan etiologi (PE). Penggunaan istilah (risikodan risiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan / kerentanan masalah. Contoh diagnosis keperawatan
risiko: resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus-menerus. Jika perawat menduga adanya gangguan konsep diri (self-concept) tetapi data (tanda dan gejala) yang diperoleh kurang mendukung untuk menegakkan diagnosis potensialnya.
3.      Promosi
Oleh karena diagnosis promosi kesehatan tidak memerlukan faktor yang berhubungan, tidak ada “yang berhubungan dengan” dalam penulisan diagnosis ini. Sebaliknya batasan karakteristik diberikan sebagai bukti keinginan pasien untuk meningkatkan status kesehatannya saat ini.
Kesiapan meningkatkan perawatan diri yang dibuktikan oleh pernyataan keinginan meningkatkan perawatan diri


2.6  Sumber Kesalahan dalam Mendiagnosa
Setelah diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa keperawatan sesuai standar yang ada. Diagnosa keperawatan dapat dituliskan dau daftar pernyataan (masalah dan penyebab) atau 3 daftar pernyataan (masalah – penyebeb – tanda dan gejala).
1.      Masalah (problem)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.karena bagian ini mengidentifikasi hal yang tidak sehat dan hal yang harus diubah mengenai status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Penggunaan standar diagnosis keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang seknifikan, yaitu:
a)      memudahkan perawat berkomunikasi dengan perawat lainnya karena menggunakan istilah yang sama dan dapat dimengerti secara umum.
b)      Memfasilitasi penggunaan computer dalam melakukan asuhan keperawatn karena perwat bisa mengakses diagnosis keperawatan yang sudah di buat dan dimasukkan ke computer dengan mudah.
c)      Mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis.
d)     Semua perawat bisa bekerja sama denga menguji dan mendefinisikan kategori diagnosis dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan
2.      Etiologi (penyebab)
Etiologi/ penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat  merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini biasa disebut related to dari pernyataan diagnosa keperawatan (Carpenito, 2000).
Etiologi mengidentifikasi fisiologi, psikologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko.
Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan.
Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab, maka asuhan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan Diabetes Millitus masuk rumah sakit karena hiperglikemi dan mempunyai riwayat yang buruk tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosis dengan “ketidaktaatan”.
Ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien danasuhan keperawatan yang diprioritaskan untuk mengajarkan klien cara mengatasi Diabtes Millitus tidak berhasil. Maka penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.Penulisan etiologi pada diagnosis keperawatan meliputi unsure PSMM.


P = Patofisiologi penyakit
S = Situasional (keadaan lingkungan perawatan)
M = medikasi (pengobatan yang diberikan)
M = Maturasi (tingakat kematangan/kedewasaan klien)







Etiologi, factor penunjang, dan factor risiko, meliputi:
Patofisiologi penyakit, semua proses penyakit, akut atau kronis, dapat menyebabkan atau mendukung terjadinya maslah kesehatan baru misalnya masalah ketidakberdayaan(powerlessness). Penyebab umum yang biasanya terjadi:
·         Ketidakmampuan berkomunikasi (CVA dan intubasi)
·         Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (CVA, trauma servikal, nyeri, IMA).
·         Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis).
Situasional (keadaan lingkungan perawatan). Penyebab dari factor personel dan lingkungan misalnya kurangnya pengetahuan, isolagi social, kurangnya penjelasan,dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi, ketidakmampuan biaya, pelecehan seksual, pemindahan status social, dan perubahan kekuasaan personel. Medikasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien).
Tingkat kedewasaan seseorang (tugas perkembangannya) dapat menjadi salah satu factor penunjang dalam keberhasilan asuhan keperawatan. Tugas perkembangan yang dapat memengaruhi penyebab masalah:
·         Remaja (adolescent): memiliki ketergantungan pada kelompoknya, tanda-tanda pubertas, independen dari keluarga.
·         Dewasa awal (young adult): mencari pasangan hidup (menikah), hamil dan menjadi orang tua.
·         Dewasa (adult): tekanan karier.
·         Dewasa tua (elderly): rangsang sensorik dan motorik mulai berkurang, kehilangan uang dan kekuasaan (post-power syndrome), dan lainnya.
3.      Definisi karakteristik
Definisi karakteristik adalah data subjektif dan data objektif yang diperoleh sebagai komponen pendukung terhadap diagnosis keperawatan baik actual maupun resiko. NANDA telah mengidentifikasi definisi karakteristik untuk tiap diagnosis keperawatan yang dapat ditegaskan. Pemahaman tentang pengelompokkan definisi karakteristik tersebut akan membantu perawat dalam menentukan data-data yang signifikan dan menegakkan diagnosis keperawatan yang akurat. Sebagai ilustrasi tiap komponen dari kategori diagnosis, kita ambil contoh diagnosis keperawatan ketidakberdayaan.Ketidakberdayaan (powerlessness) adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri pada kejadian ata situasi apapun.
Definisi karakteristiknya:
a)      Mayor (harus ada) : Klien menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketidakmampuannya untuk mengontrol situasi (missal: sakit, prognosis, perawatan, penyembuhan)
b)      Minor (mungkin ada/timbul) :Klien menolak atau ragu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, apatis, perilaku agresif, perilaku merusak, cemas dan depresi.






















BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Kasus Diagnosa Keperawatan
Seorang pasien bernama Nn Y datang ke sebuah rumah sakit dalam kondisi Nyeri kepala akut berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral ditandai dengan mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, Nn Y tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada  kepala bagian atas, nadi : 90x/m.
3.2  Diagnosa keperawatan dalam kasus tersebut
a.       Aktual
Problem + Etiologi + Syndrom
Nyeri kepala akut yang berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral yang dibuktikan dengan mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, Nn Y tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada  kepala bagian atas, nadi : 90x/m.
b.      Resiko
Problem + Etiologi
Nyeri kepala akut yang dibuktikan oleh peningkatan tekanan dan iritasi vaskuler serebral
c.       Promosi
Problem + Syndrom
Nyeri kepala akut yang dibuktikan oleh mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala nyeri: 8, wajah tampak menahan nyeri, Nn Y tampak gelisah, keadaan umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada  kepala bagian atas, nadi : 90x/m.











BAB  IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Sebagai bukti ukuran pendokumentasian perawat, pernyataan diagnosis keperawatan yang mengidentifikasi masalah dan penyebab (actual dan potensial) serta tanda dan gejala sebagai indikasi diperlukan untuk memberika asuhan keperawatn, sebagai contoh:
1.      Proses dan pendokumentasian diagnosis keperawatan dalam rencana asuhan keperawatan dan catatan perkembangan.
2.      Pemakaian atau format PE untuk masalah potensial
3.      Pengkajian data (data mayor) untuk tiap diagnosis harus didokumentasikan selain itu data minor dapat digunakan juga sebagai data tambahan yang melengkapi
4.      Dokumentasi pengkajian yang diikuti dengan penegakkan diagnosis keperawatan yang tepat
5.      Ulangi data salah satu informasi pengkajian perawatan, sebagai perawat profesional dari kerja sama dengan staf pembuat diagnosis.




















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis: Application to Clinical Praktice. 8 ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Fiscbach, F.T. 1991. Documenting Care. Philadelphia: F.A. Darvis Company.
NANDA, M 1994. Nursing Diagnosis: Process and Application. 3 ed. New York: McGraw-Hill. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan. Jakarta.



















iii

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Nama Kelompok 4 : 1.     Adelia Tri Yuliandita                (16142010002) 2.     Ahmad ...